Skip to main content

Kelinci Putih

Kelinci Putih

kelinci putihSETIAP Ahad pagi, seperti biasa Ninik bersama kedua orang tuanya dan Dido kakaknya jalan-jalan ke Tegallega. Tegallega, biasa disingkat TG, adalah terminal angkot yang memiliki semacam taman. Di tengah taman itu terdapat tugu peringatan Bandung Lautan Api, berbentuk obor yang menyala.

Tempat itu sangat ramai dengan orang yang berolahraga lari atau hanya sekedar jalan-jalan. Pada hari libur biasanya penuh juga dengan pedagang kaki lima. Suatu hari dekat pintu keluar taman, Ninik melihat seekor kelinci putih. Tentu saja waktu itu kelinci itu belum punya nama. Akhirnya, Ninik memberi nama kelinci itu dengan nama klinput, singkatan dari kelinci putih. Karena memang kulit kelinci itu putih bersih, kupingnya lebar dan bergerak-gerak lucu ketika Ninik merabanya. Ninik merengek ke ayah minta dibelikan. Dido sampai kesal melihat kemanjaan adiknya. Ibu juga kurang setuju kalau Ninik membeli klinput, sebab belum tentu Ninik bisa merawatnya.

Tapi akhirnya ayah mau membelikan klinput. Gembiranya hati Ninik.Sampainya di rumah, “Mau diberi nama apa kelincimu, Nik?” tanya ayah kepada Ninik ketika membuat kandang di halaman belakang bersama Dido.‘’Klinput aja, Yah,’’ jawab Ninik singkat.“Kok klinput?” Kening Dido sedikit berkerut. Akhirnya Ninik menjelaskan kalau klinput itu singkatan dari kelinci putih. “Iya deh, terserah kamu. Itu juga kepunyaan kamu,” ujar ayah menyerah.Sejak hari itu, klinput menjadi teman bermain Ninik.

Mereka selalu bermain sebelum dan sesudah Ninik pulang sekolah. Sayangnya Ninik hanya mau bermain saja, tapi tidak mau mengurus dan merawat klinput, persis yang dipikirkan ibu.“Klinput sudah diberi makan, Nik?” pertanyaan seperti itu hampir setiap hari dilontarkan ibu kepada Ninik.“Belum Bu, Ninik kan capek Bu. Ibu saja ya,” begitu selalu jawaban yang diberikan Ninik. Akibatnya ibu repot setiap hari harus memberi makan buat klinput kesayangan Ninik.

Kini sudah sebulan klinput menjadi teman bermain Ninik. Ninik semakin malas saja mengurus klinputnya, malah kadang-kadang dia lupa melihat klinputnya. Meski setiap hari klinput menjadi bahan ceritanya di sekolah. Hampir semua teman-temannya menjadi pendengar Ninik, termasuk Lulu. Sehingga Lulu menjadi penasaran ingin melihat klinputnya Ninik.Suatu hari Ninik pulang sekolah barengan Lulu berjalan kaki karena rumah mereka tidak begitu jauh dari sekolah.‘’Gimana Lu, jadi tidak?’’ tanya Ninik. ‘’Mau sih, tapi aku pulang dulu mau kasih tau mama kalau aku pergi ke rumahmu melihat klinput kesayanganmu.

Kalau diizinkan nanti sore saja aku ke tempatmu. Tapi aku gak janji lho,’’ ujar Lulu ragu.‘’Ya diizikanlah kalau hanya pergi jalan ke rumahku. Asal jangan minta izin mau main ke planet Mars saja, ntar susah nyarinya,’’ canda Ninik. Mereka pun ketawa geli. “Aku duluan ya,” Ninik pun berlari kecil karena melihat kakaknya pulang dari sekolah juga sambil melambaikan tangannya kepada sahabatnya.Uh, kayaknya batal nih, mau mamerin klinput ke Lulu hari ini, batin Ninik saat melangkah pulang ke rumahnya. Setelah masuk ke dalam kamar, Ninik segera melemparkan tasnya ke atas tempat tidur.

Lalu ia berlari keluar menuju kandang klinput. Ninik tidak menghiraukan ibunya berteriak menyuruhnya untuk mengganti pakaian dulu. Tetapi ibunya lega karena Ninik mau melihat klinput peliharaanya itu, sebab sudah lama dia tidak melihatnya.Akhirnya ibu meneruskan pekerjaanya di dapur sambil mempersiapkan makan malam yang enak buat keluarganya.

Tapi tak lama terdengar teriakan Ninik dari kandang klinput, sehingga ibu tergopoh-gopoh menghampiri Ninik yang sudah menangis tersedu-sedu di depan kandang klinput. ‘’Ada apa, Nik? Ada apa?’’ tanya ibu sambil segera menghampiri dan memeluk Ninik. ‘’Klinput Bu, klinput. Kelinci putihku mati, banyak luka di tubuhnya. Sepertinya ada yang menyakiti klinput,’’ cerita Ninik tersendat-sendat sambil menahan tangisnya, sedih ditinggal kelinci kesayangannya.‘’Oh mungkin di makan tikus karena di sini banyak tikus yang berkeliaran. Ya udah jangan nangis, lain kali kita beli lagi, tapi kamu mesti janji untuk menjaga dan merawatnya agar dia tidak mati sia-sia seperti ini,’’ hibur ibu sambil mengusap-usap kepala Ninik yang lagi sedih.Akhirnya Ninik menyadari kesalahannya telah menyia-nyiakan hewan kesayangannya.

Dalam hati dia berjanji kalau nanti memiliki hewan peliharaan akan merawatnya sepenuh hati dan tidak akan membiarkan ada musuh yang mencoba menyakitinya. Meski dia sedikit kesal karena belum sempat memperkenalkan klinput kepada Lulu, padahal dia ingin sekali Lulu melihat betapa lucunya klinput miliknya itu. Tapi Nini akhirnya sadar bahwa apa yang sudah dimiliki tidak boleh disia-siakan.

oleh Ade Irma Handayani, SMPN 2 Ujungbatu

Comments