Skip to main content

Menuju Era Musikal Baru


Bagi musisi kreatif, eksperimen menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan. Biasanya, itu berfungsi untuk menjaga kesegaran karya. Bagi Coldplay, eksperimen yang mereka lakukan di album keempat, Viva la Vida, adalah gerbang menuju sebuah era musikal baru yang benar-benar berbeda.

Rilisan yang punya nama lain Death and All His Friends itu kabarnya punya atmosfer lirik yang lebih gelap. Chris Martin (vokal), Johnny Buckland (gitar), Guy Berryman (bas) dan Will Champion (drum) banyak membuat lagu dengan tema kematian dan kesepian. Tidak seperti dalam album Parachutes (2000), A Rush of Blood to the Head (2002), dan X&Y (2005). Tiga album itu banyak bercerita tentang cinta dan kehidupan.
Cara bernyanyi Martin juga mengalami metamorfosis. Suami aktris Gwyneth Paltrow tersebut lebih banyak mengambil nada-nada rendah. Modul vokal baru itu dianggap lebih seksi, personal, dan riil. Sebelumnya, dia identik dengan karakter vokal baritenor. Yaitu, kerap mengambil nada-nada tinggi plus cara bernyanyi falsetto.
Urusan karakter musik, Coldplay mengaku lebih gahar. Ada banyak distorsi gitar dan permainan departemen perkusi yang lebih menonjol.

“Kami merasa tiga album sebelumnya adalah sebuah trilogi yang kini sudah berakhir. Jadi, kini kami ingin melakukan sesuatu yang berbeda,” ujar Buckland.

Dengan berbagai perubahan itu, Coldplay mengaku siap dikomentari miring oleh pendengar. “Sangat mustahil untuk bisa menyenangkan semua orang. Mereka mungkin tidak suka dengan apa yang kami lakukan. Tapi, entah itu baik atau buruk, kami yakin inilah saat yang tepat untuk mulai menggunakan warna yang lebih banyak dalam musik kami,” papar Martin optimistis.

Seperti diberitakan banyak media, Coldplay menambahkan nuansa hispanik dalam Viva la Vida. Nuansa yang dimaksud adalah semangat dan warna-warni yang kental dalam atmosfer latin. Pada awal 2007, Coldplay memang mengerjakan sebagian albumnya di Amerika Latin dan Spanyol.

Viva la Vida diproduseri sendiri oleh Coldplay. Namun, sebagai co-producer, mereka menggandeng duo produser kawakan. Yakni, Brian Eno, yang membidani rilisan kualitas atas milik U2, dan Markus Dravs. Dua produser tersebut memasukkan atmosfer megah yang belum pernah terdengar dalam album-album Coldplay sebelumnya.
Secara karakter, Viva la Vida memang berbeda. Namun, untuk kesuksesan, album ini tampaknya tidak akan kalah dari ketiga pendahulunya.

Tanda-tanda itu terasa sejak Coldplay merilis single pertama, Violet Hill, secara digital pada 29 April lalu. Lagu yang bisa di-download gratis untuk satu minggu pertama itu diunduh lebih dari 600 ribu orang. Hanya dalam 24 jam setelah dipajang di situs resmi Coldplay! Album Viva la Vida rencananya dirilis pada 12 Juni mendatang di Inggris. Untuk pasar Amerika akan mulai beredar pada 17 Juni mendatang. (aid/berbagai sumber)

Comments