Ini dia, untuk pertama kali berdasarkan penilaian kami para editor, ada cerpen kiriman yang temanya tentang jodoh. Tapi bukan perjodohan atau ramalan jodoh lho. Ini sebuah cerpen yang bercerita tentang jodoh. Kalau sobat penasaran langsung aja baca!
Dulu orang bilang jika ada sepasang merpati hinggap diatas pohon natal bersama dengan turunnya salju maka mereka berjodoh. buktinya hubunganku dengan Steven baik-baik saja jadi aku tidak mempercayainya.
“Hai, dar udah lama nunggu?” suara hangatnya terdengar dari dalam mobil.
“Ugh… aku udah hampir mati, bentar lagi aku khan mau lomba piano. Kamu malah telat jemputnya sih Darling!”jawabku jengkel.
“Sori deh, ayo masuk dulu!” jawab Steven dengan lembut.
Sorenya
“Uwaaaahhh senangnya, aku juara 1 dalam lomba piano tadi,
kamu mau makan apa honey, aku traktir deh.” Kataku senang.
“Ayo… aku aja yang traktir… darling mau makan di resto yang mana?” sambut Steven.
“Ok deh… resto yang biasa saja, ga usah mahal-mahal hon” kataku sambil mengangguk senang.
Mesin mobil berderu kencang… seolah terbawa irama riang mereka berdua.
“hon, ati-ati! Nanti bahaya…”kataku mengingatkan
“ah, tenang aja… Aku khan sudah ahli”kata steven.
Ciiiiiitttt! Brrrruaaaakkk! Ternyata kekhawatiranku benar terjadi, mobil Steven menabrak truk gandeng yang sedang mogok. Steven berusaha melindungiku dengan tubuhnya, pandanganku kabur kemudian gelap. Selanjutnya aku tak ingat apa-apa lagi yang kuingat adalah Steven berusaha untuk melindungiku.
Saat aku sadar, aku sudah ada disebuah rumah sakit dan gigauanku untuk memangil nama Steven terus menerus dan semakin lama semakin keras karena aku tak ingin ditinggalkannya. Ketika aku melihat sekelilingku aku menemukan vina disampingku sambil melihatku dengan mata sembab.
“Vin, Steven mana? Dia gak kenapa-kenapa khan?”tanyaku dengan bibir bergetar.
“…”
Vina terdiam cukup lama. Kemudian aku bangun dari tempat tidurku dan menatap mata Vina yang berkaca-kaca.
“Vin, jawab aku … mana Steven Apa yang terjadi?”tanyaku lagi dengan mata yang sembab juga.
“Tenang ve, tenang… kamu tenang dulu, Steven masih ada diruang ICU. Keadaannya masih kritis, kamu tenang ya”jawab Vina sambil memelukku.
Aku berdiri sambil terseok-seok menuju ruang ICU dan berkata dalam hati ya Tuhan slamatkanlah ia, ku mohon ya Tuhan. Lampu operasi masih menyala, air mataku mulai mengalir deras dan mengatakan dalam hati Tuhan selamatkanlah orang yang paling kucintai. vina memegang tanganku dengan erat dan mengingatkanku untuk tetap tabah sedangkan pandanganku tertuju pada lampu itu.
2 jam kemudian
“Bagaimana dok keadaannya?”kataku dengan bibir bergetar.
“Maaf… dia tak tertolong”jawab dokter sambil menggelengkan kepala.
Badanku lemas dan tak dapat berkata-kata, aku sudah tak dapat tertawa, pandanganku kosong. Dengan langkah lunglai aku menghampiri jenasah Steven kupeluk tubuhnya yang kaku sambil berteriak memanggil namanya.
“Aku tak percaya ini, aku tak percaya semua ini! Bangun honey… bangun… jangan tinggalin aku… plis! Aku sayang ma kamu… plis jangan tinggalin aku!!!”rintihku sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya, air mataku mengalir deras. Jam berdetak, suara hening, pikiranku melayang kembali indahnya bersama dengannya, kepalaku tertunduk lesu. Masih terdengar suara isak tangis ibu dan ayah Steven .
Setahun setelah kejadian itu akupun memutuskan untuk memulai lembaran baru, biarkanlah Steven menjadi kenangan abadi dihatiku, Aku masih tetap mencintainya tapi aku harus melupakannya. Tak mungkin aku hidup dimasa lalu, Aku sadar Steven tak mungkin kembali dan aku tak mau hidup dibayangi dengan kenangan steve… aku harus bisa untuk melangkah maju walaupun itu menyakitkan.
setahun kemudian
“Ve, kelihatannya anak baru itu keren deh”kata vina sahabatku.
“Namanya Devon”lanjutnya lagi… aku tak menghiraukannya.
Setiap ada cowok kata-katanya selalu saja begitu karena ia tahu aku masih memikirkan Steven, tapi mau tak mau akhirnya aku menoleh juga.
“Yah… lumayanlah”jawabku menyakinkan vina.
“nah gitu donk itu baru temen gue”seru vina.
Tiba-tiba ia mendekati jendela dan berseru pada Devon.
“Wei… Devon ada yang mau kenalan nih!”
“…”
Devon hanya menoleh dan mengangguk. Aku bingung mau berkata apa tapi akhirnya aku tersenyum dan ia pun membalas senyumanku.
Dua bulan telah berlalu hubunganku dengan Devon hanya sebatas teman.
“Eh, bentar lagi natal lho!”kata Devon
“Emang khan… salju udah sering banget turun.”jawabku.
“Wei… kata orang dulu kalau ada sepasang merpati hinggap dipohon natal saat turun salju maka mereka jodoh lho.”cerita vina.
“Udah tau”jawabku dan devon hampir bebarengan.
Aku tersentak dan kemudian kami bertiga tertawa, kami sedang berjalan-jalan dikota yang sedang ramai sambil melihat pohon natal besar yang ada ditengah kota.
Esok malam… tepat nya malam natal, Devon meneleponku untuk melihat pohon natal yang ada dikota. Hatiku senang sekali, aku tak pernah segembira ini setelah peninggalan Steven. Aku tak tahu bagaimana perasaanku pada Devon tapi kuputuskan untuk mempercayai legenda merpati itu.
“Ugh… dingin banget disini!”kataku sambil duduk didepan pohon natal yang berkilauan.
Devon mendekapku untuk memberikan kehangatan dan aku hanya bisa ternganga.
“Udah enakan?”kata devon sambil tersenyum.
“…”
“Eh lihat diatas sana! Ada merpati putih” kata devon bersemangat.
“Iya…”kataku mengiyakan.
Tak lama salju mulai turun sedikit demi sedikit. Hatiku mulai bertanya-tanya apakah ia adalah jodohku? Orang yang sama sekali berlainan watak dengan Steve? Orang yang kucintakah?
---------------------
Cerpen tentang Jodoh
by : lysa (lysa_lavonne@yahoo.com)
by : lysa (lysa_lavonne@yahoo.com)
Dulu orang bilang jika ada sepasang merpati hinggap diatas pohon natal bersama dengan turunnya salju maka mereka berjodoh. buktinya hubunganku dengan Steven baik-baik saja jadi aku tidak mempercayainya.
“Hai, dar udah lama nunggu?” suara hangatnya terdengar dari dalam mobil.
“Ugh… aku udah hampir mati, bentar lagi aku khan mau lomba piano. Kamu malah telat jemputnya sih Darling!”jawabku jengkel.
“Sori deh, ayo masuk dulu!” jawab Steven dengan lembut.
Sorenya
“Uwaaaahhh senangnya, aku juara 1 dalam lomba piano tadi,
kamu mau makan apa honey, aku traktir deh.” Kataku senang.
“Ayo… aku aja yang traktir… darling mau makan di resto yang mana?” sambut Steven.
“Ok deh… resto yang biasa saja, ga usah mahal-mahal hon” kataku sambil mengangguk senang.
Mesin mobil berderu kencang… seolah terbawa irama riang mereka berdua.
“hon, ati-ati! Nanti bahaya…”kataku mengingatkan
“ah, tenang aja… Aku khan sudah ahli”kata steven.
Ciiiiiitttt! Brrrruaaaakkk! Ternyata kekhawatiranku benar terjadi, mobil Steven menabrak truk gandeng yang sedang mogok. Steven berusaha melindungiku dengan tubuhnya, pandanganku kabur kemudian gelap. Selanjutnya aku tak ingat apa-apa lagi yang kuingat adalah Steven berusaha untuk melindungiku.
Saat aku sadar, aku sudah ada disebuah rumah sakit dan gigauanku untuk memangil nama Steven terus menerus dan semakin lama semakin keras karena aku tak ingin ditinggalkannya. Ketika aku melihat sekelilingku aku menemukan vina disampingku sambil melihatku dengan mata sembab.
“Vin, Steven mana? Dia gak kenapa-kenapa khan?”tanyaku dengan bibir bergetar.
“…”
Vina terdiam cukup lama. Kemudian aku bangun dari tempat tidurku dan menatap mata Vina yang berkaca-kaca.
“Vin, jawab aku … mana Steven Apa yang terjadi?”tanyaku lagi dengan mata yang sembab juga.
“Tenang ve, tenang… kamu tenang dulu, Steven masih ada diruang ICU. Keadaannya masih kritis, kamu tenang ya”jawab Vina sambil memelukku.
Aku berdiri sambil terseok-seok menuju ruang ICU dan berkata dalam hati ya Tuhan slamatkanlah ia, ku mohon ya Tuhan. Lampu operasi masih menyala, air mataku mulai mengalir deras dan mengatakan dalam hati Tuhan selamatkanlah orang yang paling kucintai. vina memegang tanganku dengan erat dan mengingatkanku untuk tetap tabah sedangkan pandanganku tertuju pada lampu itu.
2 jam kemudian
“Bagaimana dok keadaannya?”kataku dengan bibir bergetar.
“Maaf… dia tak tertolong”jawab dokter sambil menggelengkan kepala.
Badanku lemas dan tak dapat berkata-kata, aku sudah tak dapat tertawa, pandanganku kosong. Dengan langkah lunglai aku menghampiri jenasah Steven kupeluk tubuhnya yang kaku sambil berteriak memanggil namanya.
“Aku tak percaya ini, aku tak percaya semua ini! Bangun honey… bangun… jangan tinggalin aku… plis! Aku sayang ma kamu… plis jangan tinggalin aku!!!”rintihku sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya, air mataku mengalir deras. Jam berdetak, suara hening, pikiranku melayang kembali indahnya bersama dengannya, kepalaku tertunduk lesu. Masih terdengar suara isak tangis ibu dan ayah Steven .
Setahun setelah kejadian itu akupun memutuskan untuk memulai lembaran baru, biarkanlah Steven menjadi kenangan abadi dihatiku, Aku masih tetap mencintainya tapi aku harus melupakannya. Tak mungkin aku hidup dimasa lalu, Aku sadar Steven tak mungkin kembali dan aku tak mau hidup dibayangi dengan kenangan steve… aku harus bisa untuk melangkah maju walaupun itu menyakitkan.
setahun kemudian
“Ve, kelihatannya anak baru itu keren deh”kata vina sahabatku.
“Namanya Devon”lanjutnya lagi… aku tak menghiraukannya.
Setiap ada cowok kata-katanya selalu saja begitu karena ia tahu aku masih memikirkan Steven, tapi mau tak mau akhirnya aku menoleh juga.
“Yah… lumayanlah”jawabku menyakinkan vina.
“nah gitu donk itu baru temen gue”seru vina.
Tiba-tiba ia mendekati jendela dan berseru pada Devon.
“Wei… Devon ada yang mau kenalan nih!”
“…”
Devon hanya menoleh dan mengangguk. Aku bingung mau berkata apa tapi akhirnya aku tersenyum dan ia pun membalas senyumanku.
Dua bulan telah berlalu hubunganku dengan Devon hanya sebatas teman.
“Eh, bentar lagi natal lho!”kata Devon
“Emang khan… salju udah sering banget turun.”jawabku.
“Wei… kata orang dulu kalau ada sepasang merpati hinggap dipohon natal saat turun salju maka mereka jodoh lho.”cerita vina.
“Udah tau”jawabku dan devon hampir bebarengan.
Aku tersentak dan kemudian kami bertiga tertawa, kami sedang berjalan-jalan dikota yang sedang ramai sambil melihat pohon natal besar yang ada ditengah kota.
Esok malam… tepat nya malam natal, Devon meneleponku untuk melihat pohon natal yang ada dikota. Hatiku senang sekali, aku tak pernah segembira ini setelah peninggalan Steven. Aku tak tahu bagaimana perasaanku pada Devon tapi kuputuskan untuk mempercayai legenda merpati itu.
“Ugh… dingin banget disini!”kataku sambil duduk didepan pohon natal yang berkilauan.
Devon mendekapku untuk memberikan kehangatan dan aku hanya bisa ternganga.
“Udah enakan?”kata devon sambil tersenyum.
“…”
“Eh lihat diatas sana! Ada merpati putih” kata devon bersemangat.
“Iya…”kataku mengiyakan.
Tak lama salju mulai turun sedikit demi sedikit. Hatiku mulai bertanya-tanya apakah ia adalah jodohku? Orang yang sama sekali berlainan watak dengan Steve? Orang yang kucintakah?
Comments
Post a Comment