Setelah lagu “Jauh” ciptaan Gabby dari Makasar dan dipopulerkan oleh Caramel Band sukses, sekarang giliran lagu “kepompong” lagunya Sindentosca yang melejit di blantika musik Indonesia. Asal kamu tau aja yah, ternyata Sindentosca itu adalah terlahir dari segala keterbatasan. Ingin tau kisahnya? Ikutin aja…
Sindentosca, band yang hanya beranggotakan 1 orang. Band ini cukup sederhana dalam menghasilkan karya-karyanya, hanya membutuhkan 1 ruangan, 1 perangkat komputer (PC), 1 gitar, dan 1 buah mic condenser (mic khusus untuk komputer.red) seperti yang terlihat di cover albumnya.
Karena perjuangan Jalu sang vocalis, dan dengan niat sungguh-sungguh, apapun kesulitan yang menghadang akhirnya bisa dilaluinya.
Sindentosca terbentuk awal tahun 1999 dengan 3 orang personil, Jalu (vocal), Andre (gitar) dan Danny (Bass).
Lalu, awal 2001 datanglah drummer cewek bernama Ree untuk bergabung dan menjadi satu-satunya makhluk cantik di band ini. Kemudian entah mengapa dan gimana Sindentosca terpecah, hanya tinggal Jalu dan Ree. Setelah berjuang habis-habisan Ree keluar dari sindentosca tahun 2003. Akhirnya tinggalah Jalu sendirian.
Kesendirian, tak membuatnya patah semangat. Ia mencoba mengharumkan nama sindentosca melalui internet, dengan cara bikin situs resmi sindentosca, membombardir e-mail, menyerang milis-milis, debat chatting, ngelobi di friendster dan banyak lagi hal yang dilakukannya. sampai satu saat ia mendapat tawaran manggung dan interview dari beberapa media cetak dan radio.
Atas perjuangan kerasnya itu, sindentosca bisa menelorkan debut album berjudul “tiduran, tertidur + bertelur” yang terpaksa dibuat secara homemade karena keterbatasan modal. Album itu hanya berupa CD yang 100 persen dikerjakan di rumah.. CD itu dibandrol seharga 40rb, harga ini sudah termasuk 12 track lagu, bonus stiker, booklet + lirik, dan semua dikemas dengan desain yang “cantik”. Namun banyak yang komplain. Kemudian, karena sindentosca ingin selalu memuaskan penggemarnya maka dirilis juga CD yang versi 20rb, namun CD ini merupakan split side A dan side B, berisi masing-masing 6 lagu dan 3 bonus tracks.
Sekarang, tanpa babibu lagi, Sindentosca sudah menjadi band yang bakal menyusul band-band lainnya. Lagu “kempompong”nya yang unik sudah banyak merajai beberapa carta radio, jadi RBT, dan sudah dijadikan soundtrack film. Wuih… gile beneer nggak tuh! Kepompong yang dijaganya sekarang benar-benar sudah jadi kupu-kupu. Buktinya, tawaran manggung, makin mengalir tajam untuk band yang fenomenal ini.
Tuhh…makanya buat kamu yang punya band. Jangan sampai lelah bermimpi untuk menuju kesuksesan. Karena, tanpa mimpi itu, kamu tak kan bisa menggapai bintang dan menjadi bintang sebenarnya. Setuju! Hayo.. siapa lagi yang bakal mengikuti jejak sukses Sindentosca? (Shahid/berbagai sumber)
Sindentosca, band yang hanya beranggotakan 1 orang. Band ini cukup sederhana dalam menghasilkan karya-karyanya, hanya membutuhkan 1 ruangan, 1 perangkat komputer (PC), 1 gitar, dan 1 buah mic condenser (mic khusus untuk komputer.red) seperti yang terlihat di cover albumnya.
Karena perjuangan Jalu sang vocalis, dan dengan niat sungguh-sungguh, apapun kesulitan yang menghadang akhirnya bisa dilaluinya.
Sindentosca terbentuk awal tahun 1999 dengan 3 orang personil, Jalu (vocal), Andre (gitar) dan Danny (Bass).
Lalu, awal 2001 datanglah drummer cewek bernama Ree untuk bergabung dan menjadi satu-satunya makhluk cantik di band ini. Kemudian entah mengapa dan gimana Sindentosca terpecah, hanya tinggal Jalu dan Ree. Setelah berjuang habis-habisan Ree keluar dari sindentosca tahun 2003. Akhirnya tinggalah Jalu sendirian.
Kesendirian, tak membuatnya patah semangat. Ia mencoba mengharumkan nama sindentosca melalui internet, dengan cara bikin situs resmi sindentosca, membombardir e-mail, menyerang milis-milis, debat chatting, ngelobi di friendster dan banyak lagi hal yang dilakukannya. sampai satu saat ia mendapat tawaran manggung dan interview dari beberapa media cetak dan radio.
Atas perjuangan kerasnya itu, sindentosca bisa menelorkan debut album berjudul “tiduran, tertidur + bertelur” yang terpaksa dibuat secara homemade karena keterbatasan modal. Album itu hanya berupa CD yang 100 persen dikerjakan di rumah.. CD itu dibandrol seharga 40rb, harga ini sudah termasuk 12 track lagu, bonus stiker, booklet + lirik, dan semua dikemas dengan desain yang “cantik”. Namun banyak yang komplain. Kemudian, karena sindentosca ingin selalu memuaskan penggemarnya maka dirilis juga CD yang versi 20rb, namun CD ini merupakan split side A dan side B, berisi masing-masing 6 lagu dan 3 bonus tracks.
Sekarang, tanpa babibu lagi, Sindentosca sudah menjadi band yang bakal menyusul band-band lainnya. Lagu “kempompong”nya yang unik sudah banyak merajai beberapa carta radio, jadi RBT, dan sudah dijadikan soundtrack film. Wuih… gile beneer nggak tuh! Kepompong yang dijaganya sekarang benar-benar sudah jadi kupu-kupu. Buktinya, tawaran manggung, makin mengalir tajam untuk band yang fenomenal ini.
Tuhh…makanya buat kamu yang punya band. Jangan sampai lelah bermimpi untuk menuju kesuksesan. Karena, tanpa mimpi itu, kamu tak kan bisa menggapai bintang dan menjadi bintang sebenarnya. Setuju! Hayo.. siapa lagi yang bakal mengikuti jejak sukses Sindentosca? (Shahid/berbagai sumber)
Comments
Post a Comment