Skip to main content

Chuckiss Band, Ngamen dengan Emotive Hardcore

Chuckiss Band, Ngamen dengan Emotive HardcoreHobi bermusik ternyata bukan saja mengasyikkan. Tapi sarat dengan pengalaman-pengalaman seru. Anak-anak Chuckiss Band ini misalnya. Tampil di berbagai iven dan pentas, mereka pernah mengalami kisah-kisah unik. Dari dicekal tampil sampai panggung ambruk. Belum lagi kisah mereka saat manggung di jalanan, alias ngamen dengan aliran musik yang rada aneh: emotive hardcore.

CHUCKISS Band bukan grup band kemarin sore di Pekanbaru. Prestasi mereka sudah seabrek sejak awal berdiri di bulan November 2006 yang lalu. Band yang beranggotakan Lutfi Aulia (vokalis), Ulfa Sastra (gitar), Yocky Rivaldi (gitar), Ramadhan Fitra (bas), dan Cerry Gustinanda (drum) ini sudah kerap tampil di berbagai festival musik, atau pun jadi bintang tamu di berbagai pentas musik di Pekanbaru.

Setiap tampil, para penonton biasanya akan langsung mengenali mereka. Masalahnya, aliran musik mereka rada aneh: ngejreng dan bikin kita langsung tergoda untuk jingkrak-jingkrak.


“Kami emang selalu pengen tampil terkonsep, jadi setiap kali tampil kami selalu punya sesuatu yang berbeda dan berkesan. Biar penonton nggak bosen,” ujar Yocky saat ngobrol dengan Xpresi belum lama ini.

Aliran musik yang mereka pilih emang rada “keras”, yakni emotive hardcore. Aliran ini mereka pilih, katanya sih karena sesuai dengan jiwa mereka yang merindukan freedom

“Biasanya masyaraakat kita beranggapan negatif terhadap grup musik beraliran keras. Diidentikkan dengan drugs dan sebagainya. Padahal tidak begitu kok. Kami ini aliran musiknya memang keras, tapi kami nggak mau berbuat negatif. Kami mau berprestasi,” tegas Yocky lagi.

Tapi gara-gara ngotot mengusung aliran musik keras itu, mereka emang sering diperlakukan nggak enak. Sampai-sampai, mereka pernah dicekal tampil lho!
’’Waktu itu kami ngisi acara, tapi tiba-tiba kami dibilangin nggak boleh tampil dengan aliran musik keras. Jadilah pada lagu-lagu awal, kami tampil kalem kayak patung,” cerita Yocky.

Tapi dasar bandel, pada lagu terakhir, mereka tampil full hardcore. Pake adegan jingkrak-jingkrak dan mutar-mutar gitar. “Selesai tampil, kami langsung diceramahin panitia deh,” katanya sambil tertawa.

Kecelakaan di atas panggung lainnya yang tak kalah seru, yakni saat mereka lagi asyik tampil, tiba-tiba panggungnya ambruk. Nah lho!
“Mungkin panggungnya nggak kuat karena kami jingkrak-jingkrak,” ceritanya.

Modal Rekaman dari Ngamen
Ngomong-ngomong soal lagu, ternyata mereka sudah punya lagu sendiri lho. Februari mendatang, Chuckiss Band rencananya bakal meluncurkan album mereka yang berisikan sepuluh lagu. Namun untuk saat ini mereka baru selesai rekaman enam buah lagu.
Yocky bilang, masalah yang mereka hadapi saat ini adalah masalah klasik: dana alias modal rekaman. Tapi dasar nekad, anak-anak Chuckiss Band nggak kehilangan akal untuk mencari uang.

’’Kami cari modal rekaman dengan ngamen,” ujar mereka cuek.
Mereka memilih mengamen untuk mencari uang dibanding menyusahkan orang tua. Tapi jangan mengira mereka membawakan lagu-lagu pop atau dangdut idola masyarakat saat mengamen lho. Tapi malah musik mereka sendiri yang beraliran hardcore itu.

“Pendengar kami saat ngamen ternyata oke-oke aja dengan musik kami kok,” ujar Yocky cuek.Dia menambahkan, kalo ngamen, mereka biasanya nggak barengan. Tapi berdua-dua.

Kenapa nggak ngamen dengan lagu-lagu slow yang lebih banyak disukai? Ditanya begitu, Yocky langsung menjawab,”Buat musik kok coba-coba.” Oalah...!(wido sulviawati-CCMD/dri)

Comments

  1. sudah sampai di blog u nieh sob? mana link download nya? tom_alcore

    ReplyDelete

Post a Comment